Sunday, September 16, 2007

Tukul Goes to DPR

Luar biasa terkejutnya saya sewaktu mendengar kabar dari “Senayan”, alias kandang-nya para wakil rakyat yang tergabung dalam Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, yang berencana membagi-bagikan lap-top kepada seluruh anggotanya, GRATISS !! Tak pelak langsung saja terbesit di benak dan otak saya, bahwa lagi-lagi telah muncul fenomena baru pasca Tukul Arwana yang meledak dengan jargon-nya, “Kembali ke LAP-TOP !!”. Seolah tak mau kalah dan memang sudah terbiasa dengan tak mau kalah, para anggota dewan ternyata juga kebelet memiliki seperangkat komputer tenteng guna mendukung kinerja mereka yang konon se-abrek.

Memang, bagi saya yang berprofesi sebagai jurnalis yang sering meliput berbagai agenda acara di sana, tahu betul jam kerja mereka yang kadang dimulai dari pagi buta hingga larut malam. Tapi ya mbo’ tahu diri, wong gaji sudah numpuk dengan berbagai fasilitas dan uang tunjangan yang lebih dari cukup, kan seharusnya mampu membeli lap-top dengan uang pribadi. Belum lagi mereka yang mempunyai bisnis lain di luar sana. Coba bayangkan, jumlah anggota DPR + MPR yang total keseluruhannya mencapai 550 anggota. Berarti dengan anggaran yang katanya 21 JRP (juta rupiah) per lap-top, maka total biaya yang dikeluarkan menyentuh angka hingga 11,5 MRP (miliar rupiah). 'Ndeso !!

Pakar telekomunikasi Raden Mas Tumenggung Roy Suryo bahkan menilai kalau lap-top tidak akan banyak membantu tugas para anggota DPR. Raden Mas juga menyarankan, seharusnya pengadaan peningkatan kinerja disesuaikan dengan kebutuhan tugas dan fungsi masing-masing anggota.

Betul Mas !! Saya setuju !! Kan sudah ada staff di tiap2 komisi, bahkan per-anggota juga sudah memiliki staff pribadi sendiri lengkap dengan berbagai fasilitas di ruang kerja yang cukup lux. Buat apa lagi mereka pakai lap-top ?? Wong di ruang rapat atau sidang kerjanya cuma ngguya-ngguyu, cengagas-cengenges, tidur, ngobrol, dan hanya segelintir anggota yang benar-benar kritis, dan cerdas terhadap masalah bangsa. Kalau ditambah lap-top bisa-bisa berubahlah sarana aspirasi rakyat menjadi sarana komunikasi dunia maya, alias warnet alias warung internet.

Tidak habis pikir saya, apa yang ada di otak mereka. Jangan-jangan berbeda dengan bentuk otak orang normal yang berliku-liku. Mungkin otak para anggota dewan terlihat lurus sehingga tidak mampu lagi berpikir secara rasional. Padahal lihatlah di luar sana bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat, sangatlah masih banyak rakyat kita, bangsa kita yang sudah hampir satu tahun tinggal di pengungsian akibat lumpur panas-nya Pak Menkokesra; yang lumpuh layu akibat gizi buruk; yang putus sekolah dan harus berjualan koran di pinggir jalan; yang harus mengais tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Semuanya dilakukan demi sesuap nasi karena kehidupan ekonomi mereka yang terhimpit dan masih jauh di bawah garis kemiskinan.

Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan bangsa yang seharusnya besar ini, untuk keluar dari krisis multi-dimensi. Yang seharusnya dimulai dari memperbaiki moral bangsa, sehingga bangsa ini tidak lagi menjadi negara besar, dengan bangsa yang kecil, tetapi menjadi negara besar, dengan bangsa yang besar pula.

Kalau begini terus, ya kita tunggu saja dari ruang rapat DPR yang selalu riuh bagai konser musik itu, kehadiran sosok Tukul Arwana yang lucu dan menggelitik, yang siap memotong serangan interupsi dengan kalimatnya, “Kembali ke LAP-TOP !!”

No comments: