Thursday, September 13, 2007

DUA

Dua. Bukan angka yang sulit bagi saya untuk dibicarakan, dibahas, dan dicari maknanya.
Dua. Bukan angka yang asing bagi saya untuk diterjemahkan apa artinya.
Dua. Merupakan angka yang paling setia menemani perjalanan hidup saya,
dan, dua. Bisa jadi merupakan angka keberuntungan saya.


Jauh sebelum memulai detik pertama kehidupan di dunia, angka dua sudah menjadi sesuatu yang identik dengan diri saya. Tepatnya sembilan bulan sebelum saya dilahirkan. Mungkin pada saat itu ayah sedang senang-senangnya berkata kepada teman-teman wartawannya, “Istri saya sedang mengandung anak kedua loh !” Karena memang saya adalah anak kedua sekaligus terakhir di dalam keluarga. Selanjutnya sembilan bulan kemudian lahirlah saya dengan dua bola mata, dua lubang hidung, dua daun kuping, dua buah lengan, dua buah kaki, dua buah puting, dan dua buah biji zakar. Diiringi dengan kata-kata yang keluar dari mulut sang dokter begitu keluar dari ruang persalinan, “Selamat, anak kedua bapak laki-laki. Anak dan ibunya dalam keadaan baik-baik. Sekarang keduanya sedang dipindahkan ke ruang perawatan.” Kemudian banyak sekali kiriman kartu ucapan selamat yang bunyinya, “Selamat atas kelahiran anak kedua. Semoga menjadi anak yang saleh dan bertakwa kepada Allah SWT.”

Setidaknya do’a tersebut lumayan terbukti sewaktu saya duduk di bangku sekolah dasar. Sejak kelas satu sampai empat, saya selalu menempati rangking kedua di kelas. Prestasi yang cukup membanggakan memang, walau sekalipun saya tidak pernah mengalahkan salah seorang sahabat yang selalu menempati rangking satunya. He’s a tough one. Begitu juga sewaktu duduk di bangku SMA. Saya pernah menjadi orang “kedua” di sekolah sebagai wakil ketua sebuah organisasi yang “sangat” berpengaruh di sekolah. Ya, kalau di negeri ini MPR-nya lah. Dan sekedar informasi, lagi-lagi si nomer satunya adalah sahabat saya. He’s a tough one.

Dengan beberapa pengalaman itu seharusnya saya terpacu bagaimana caranya untuk menjadi yang kesatu. Tapi ternyata angka dua memang nampaknya susah sekali dipisahkan. Beberapa kali ikut kompetisi bola basket pun harus puas dengan hanya menjadi juara kedua. Wow ! sedahsyat inikah angka dua itu ?

Bagaimana dengan urusan percintaan ? Topik yang sangat seru untuk dibahas, dan juga topik yang paling menarik untuk membuat sebuah buku menjadi sangat laris untuk diperjual belikan.

Cinta melibatkan dua jenis kelamin yang disatukan. Boleh yang berbeda jenis, atau yang sama jenis juga “diperbolehkan”. Pokoknya harus ada minimal dua orang untuk membuat sebuah percintaan. Kebetulan saya lebih suka memilih kelamin yang berbeda jenis dengan saya untuk dijadikan pasangan. Tapi bagaimana dengan angka dua yang selalu menemani itu ?

Kali ini mungkin angka dua tidak begitu berpengaruh dalam percintaan saya. Saya sudah lebih dari dua kali menjalin cinta, dan tentunya juga sudah lebih dari dua kali saya gagal di dalam cinta. Namun sering terjadi mencintai dua perempuan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Tetapi bukan maksud mendua, menjadi orang kedua pun saya pernah, hanya saja sulit sekali memutuskan mana yang paling baik dari dua itu. Lalu akhirnya putus cinta, namun sering juga saya menjalin cinta lebih dari dua kali dengan perempuan yang sama. Pantang menyerah bukan ? Inilah salah satu nilai lebih dari angka dua.

Kini saya berada dipenghujung umur yang ke dua puluh dua (artikel ini dibuat 3 tahun lalu, alias tahun 2003-red), beberapa hari lagi umur saya akan menjadi dua puluh tiga, dan saya mulai menemukan apa itu sebenarnya angka dua.

Angka dua bagi saya berarti pantang menyerah, tidak mudah patah, selalu ingin mencoba lagi, lagi, lagi dan lagi. Itu berarti saya bukan orang yang mudah putus asa. Menjadi orang kedua pun bukan berarti sebagai orang yang kalah, hanya saja masih ada yang lebih baik, karena tidak menjadi yang ke dua belas, dua puluh, dua ratus, dua ribu, dua juta, dan seterusnya. Kalau tidak ada kedua berarti tidak ada kesatu. Dan dua juga merupakan sebuah sinergi, yang menggabungkan dua buah kekuatan. Lihat saja bendera kebangsaan kita, terdiri dari dua warna, merah dan putih. Merah berarti berani, dan putih berarti suci. Melambangkan bangsa Indonesia yang berani dalam raga, dan suci dalam jiwa. Juga Yin dan Yang, terdiri dari dua warna, hitam dan putih. Hitam mewakili kejahatan, dan putih mewakili kebaikan. Dan bilamana disatukan akan menjadi sebuah sinergi yang sangat kuat, yang sangat seimbang, yang menjadikan kehidupan sempurna.

No comments: