Thursday, September 13, 2007

Lembah Baliem dan Presiden SLANK

(Attention to all readers !!! this article published in 2004)

Sebelumnya saya tak pernah tahu kalau ternyata ada suatu daerah di Indonesia yang bernama Lembah Baliem. Yang saya tahu cuma Baliem’s CafĂ©, sebuah warung kopi yang bertempat di salah satu sudut pusat perbelanjaan di pinggiran ibukota Jakarta. Entah apakah saya yang kurang bergaul dengan Atlas atau apakah nama Lembah Baliem memang kalah tenar dengan nama-nama daerah lainnya di Indonesia ? Yang jelas memang saya tidak tahu menahu tentang nama Lembah Baliem, sampai suatu ketika saya mendengar Slank membawakan sebuah lagu yang berjudul persis seperti nama sebuah perkampungan primitif di pedalaman Propinsi Irian Jaya itu.

Ya, Slank. Sebuah grup musik papan atas Indonesia, atau mungkin lebih tepat lagi kalau kita sebut Rock Star-nya Indonesia. Dengan intro petikan gitarnya, kita dibawa masuk jauh ke dalam nuansa timur Indonesia.

Aku ngga perlu uang ribuan.
Yang aku mau uang merah cepe’an.

Begitu lirik pertama yang keluar dari mulut Kaka, sang vokalis. Penuh rasa memiliki menyelimuti para personel Slank dalam mebawakan lagu yang memang bercerita tentang kondisi masyarakat saudaranya di Lembah Baliem itu. Aneh memang. Sebuah grup band yang selama ini identik dengan narkoba, secara mengejutkan tiba-tiba menciptakan sebuah lagu yang bercerita tentang kondisi saudara-saudaranya yang sebangsa dan setanah air, yang memang masih terbelakang. Mereka jauh lebih care dengan bangsanya ketimbang Kabinet Gotong Royong-nya mba Mega, yang terus-terusan menjual aset-aset negara kepada luar negeri.

Kepolosan. Itulah yang ingin ditunjukkan Kaka dan kawan-kawan di dalam lagu Lembah Baliem. Lembah Baliem memang tidak peduli dengan keadaan globalisasi sekarang. Ya, bagaimana mau peduli kalau kehidupan mereka masih sangat jauh dengan gaya hidupnya cosmoners di Jakarta, yang selalu sibuk dikejar-kejar deadline dan nongkrong di Starbucks atau datang ke acara Ladies Night. Sedangkan dari pemerintah tampak jelas sekali tidak ada usaha yang intensif dalam menangani keterbelakangan bangsanya ini. Sehingga gaya hidup Lembah Baliem masih cocok kita tempatkan sebagai display di salah satu sudut museum Gajah di Jalan Merdeka Barat.

Aku ngga butuh kedudukan. Yang penting masih ada lahan ‘tuk makan. Asal ada babi untuk dipanggang. Asal banyak ubi untuk dimakan. Aku cukup senang.

Terus-terusan kata-kata polos itu dilantunkan Kaka mewakili saudara-saudaranya di Lembah Baliem. Mereka hanya butuh makan, bukan kedudukan. Bukan kekuasaan seperti yang diperebutkan Ladies and Gentleman di DPR. Asal ada babi dan ubi untuk dimakan saja mereka sudah bisa survive dalam kehidupan di dunia ketiganya.

Demikian seterusnya Slank mencurahkan rasa sayang kepada negerinya, dengan menyisipkan kutipan lagu Yamko Rambe Yamko di akhir lagu. Sangat mengesankan. Seharusnya lagu Lembah Baliem-nya Slank bisa dijadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk setidaknya menganugerahi Slank sebuah gelar kehormatan atas rasa kecintaan mereka terhadap tanah airnya, justru disaat mereka sedang berusaha keras keluar dari jeratan narkoba. Jadi jangan hanya para konglomerat saja yang diberikan gelar kehormatan. Atau bahkan apa perlu Slank ikut debat politik dengan mba Mega sebagai calon Presiden pada Pemilu 2004 ? Sehingga mungkin nanti akan ada untuk pertama kalinya posisi Presiden di duduki oleh lima orang sekaligus (Dewan Presidium) yang tergabung dalam Partai Slank.

Hahaha ! tidak, jangan takut mba Mega, saya hanya bercanda koq. Ini hanya sebuah teguran bagi kita semua, bahwa masih ada saudara kita yang masih jauh terbelakang kehidupannya dari ibukota. Sampai-sampai Slank saja tergugah untuk mengangkat nama Lembah Baliem sebagai salah satu judul lagunya. Terima kasih, Slank
!

No comments: