Thursday, September 13, 2007

Arisan Goceng

“Boo’..kocok lagi booo’...goceng – goceng aja !!!"

Hmm...Itu hanya sepenggalan cerita dibalik serunya kumpul - kumpul bersama para sahabat masa kuliah, yang setiap bulannya rutin menggelar arisan sampai sekarang. Enam orang laki – laki, enam orang perempuan. Persis segerombolan aktor dan aktris bintang film porno Vivid Interactive, yang sedang asyik ber-orgy ria.

Kami adalah alumnus sebuah perguruan tinggi swasta di pinggiran Ibukota Jakarta, yang cukup terkenal sebagai kampusnya orang – orang berduit. Tepatnya lagi, anak – anaknya orang berduit.

Uang seratus ribu bukanlah jumlah yang besar bagi para sahabat saya itu, untuk setidaknya sebulan sekali dikeluarkan untuk setoran arisan kami. Tapi buat saya, uang seratus ribu lumayan juga menguras kantong, berhubung rencana menikah yang kunjung dekat, dengan berbagai konsekuensinya untuk menggelar resepsi dan tetek bengek lainnya, serta konsekuensi hidup berumah tangga, termasuk urusan kantong. Apalagi, kami terbiasa mengadakan acara rutin tersebut yang selalu diadakan di tempat – tempat makan mahal, terkenal, dan tentunya yang sedang sering disambangi kaum eksis. Yaa, paling tidak tempat makan yang untuk menenggak sebotol air mineral saja, harus merogoh kocek 20 ribu rupiah-lah.

Tapi yaa namanya juga anak muda, yang masih seumur jagung lulus dari yang namanya kampus, setelah enam tahun lebih bergelut di dunia yang penuh problematika remaja yang beranjak dewasa. Bagi kami, yang penting adalah kebersamaannya, kumpul – kumpulnya, senda guraunya, sebagai obat penghilang stress setelah berhari – hari dikejar deadline dan omelan bos. Belum lagi kalau saya, ditambah semakin dekatnya tanggal pernikahan. Bukannya stress dan grogi menghadapi jajak baru kehidupan nanti, tapi stress oleh omelan dan paniknya calon istri.

Lumayan lah, hitung – hitung menabung di luar rekening bank. Sekali tarik setoran, cukup untuk membayar sisa – sisa hutang, akibat gaya hidup ala credit card.

Maka wajar, kalau kata – kata seperti yang keluar di awal cerita ini tadi, juga keluar dari mulut kawan – kawan yang butuh duit. Biasanya keluar dari jeritan si buntung, alias rugi, alias yang namanya belum juga muncul dari ujung sedotan yang dikocok di botol keramatnya orang – orang arisan.

Berbagai bilangan angka disebut, mulai dari yang paling besar, Ceban, Goceng, sampai yang paling kecil, Seceng, sering kali terlontar untuk mengatasi kekecewaan, dengan mengulang kembali kocokan baru dengan nilai – nilai yang jauh lebih kecil dari seratus ribu itu. Oya, sekedar pemberitahuan saja bagi rekan – rekan yang membaca, dan belum tahu apa itu Ceban, Goceng, dan Seceng. Tanpa mengurangi rasa hormat anda, bahwa ketiga kata tersebut itu adalah bahasa slang-nya 10 ribu, 5 ribu, dan seribu rupiah. Katanya sih bahasa dari negeri tirai bambu sana.

Bagi banyak orang, tentunya arisan lebih dari sekedar mencari keuntungan demi menambah penghasilan. Walaupun tak dipungkiri, pastinya kita mengharapkan kedatangan yang lebih cepat untuk melihat nama kita keluar dari ujung sedotan. Dengan teknik yang sedikit banyak mirip dengan aktivitas menabung di bank ini, arisan lantas digemari banyak kaum. Dari yang mulanya hanya kaum hawa yang melakukannya, kini tidak sedikit kaum adam yang juga ikut nimbrung.

Bahkan konon, ada juga arisan yang mengiming-imingi sesosok laki-laki tampan dan kekar bagi siapa yang namanya keluar dari ujung sedotan. Pastinya para anggota arisannya adalah kaum perempuan yang cukup berumur, yang sedang didera rasa jenuh kehidupan berumah tangga dengan sang suami yang sibuk menjadi CEO di perusahaannya, dan anak-anak yang sedang gemar kelayapan, yang pulang ke rumah cuma numpang tidur sebentar. Jadi kalau anda sering mendengar kata socialite, ya mereka itulah ibu-ibu socialite, yang setoran arisannya berjuta-juta rupiah, atau beribu-ribu dollar, yang tak lepas dari tas branded berharga puluhan juta dari genggamannya, dan dandanan rambut yang menjulang tinggi keatas, bak Marge Simpson.

Hmmm....whatever.......kalau bagi saya dan para sahabat, yang penting adalah kebersamaannya. Bukan nominal, bukan juga apa yang menjadi taruhannya. Chao !!

No comments: